Pagi itu tepat pukul 7 pagi aku mulai bergegas berangkat
kesekolah. Walaupun sebenarnya aku tahu jam masuk sekolah pukul 7.45, masih
lama dan bukan karena aku takut telat toh jarak rumahku kesekolah hanya
menempuh perjalanan sekitar 5 menit dengan by foot. Kata teman-teman sih kalau rumahnya deket
malah malas kesekolah, tapi berantonim pada sikap dalam diriku. Aku lebih
semangat berangkat pagi kesekolah karena ada wajah seseorang yang kurindukan
disana. Malaikat penyemangat hariku, Penghias kegiatan sekolahku walaupun
abstrak. Ya, abstrak disini dimaksudkan bahwa aku semangat karena ada dia
tetapi dia tidak pernah tahu bahwa dialah yang selalu membuat hariku lebih
bersemangat. Cieeee kepo ya siapa diaa ? Mau tahu ? etttss nanti dulu ya.
Berikut kisahnya.
Akupun
sudah sampai didepan sekolah, sedikit lagi setelah aku menyebrangi jalan raya
yang cukup ramai ini. Yess aku berhasil menyebrang. Keluarlah sang komandan
sekolahku dari posnya, Babeh. Aku menyalami tangannya yang sudah keriput itu,
dia mengomel. Sampai dia lupa tak menjawab salamku.
“Neng, kalo mau nyebrang panggil Babeh dong.
Kan bahaya nyebrang sendirian.” Beliau menggerutu.
Sudut bibir ku tarik sedikit tersenyum seraya
berkata “Hehehe iya Beh, lagian juga tadi kan Babeh ada didalam pos. Jadi ngga
keliatan dari luar. Masa iya aku mau teriak teriak di pinggir jalan.” Aku
melepaskan genggaman salam itu.
Beliau masih bicara namun mataku sudah menuju
pada kelas itu. Kelas ke-3 dari arah kantin. Suara babeh terdengar samar aku
sudah tidak memperhatikannya lagi. Sebentar lagi aku akan melewati kelas itu.
Kelas dimana ada orang yang kuanggap penyemangat. Pelan-pelan aku melewati
kelas itu. Ada seseorang yang menarik perhatianku, ia sedang serius belajar.
Alis matanya mengerut mengisyaratkan sebuah keseriusan. Pandangan mata yang
tajam menatap lembaran buku yang bertuliskan materi pelajaran hari ini.
Oh Tuhan, jantung ini terasa
berdegup lebih kencang dari biasanya. Padahal aku hanya melihatnya dari luar
terbatasi oleh kaca kelas itu, Tuhan, aku hanya sering mencuri pandangan
padanya. Apa itu salah ? Apakah itu yang membuat rasa aneh ini muncul seketika
tentang hal apapun yang berkaitan tentang dia ?
Saat hatiku berbisik “Disini aja dulu Vi, liat deh kalau dia lagi serius
belajar wajahnya lucu ya. Namun tetap berwibawa.”
Aku melawan bisikan itu dengan
terus melangkahkan kaki menuju arah kelasku. Aku melewatinya dengan raut
wajahnya yang masih membayangi pikiranku. Walaupun aku tahu. Ini hanya sebuah
hayalanku semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar