Kamis, 04 Juni 2015

Goresan Sederhana



            Pagi itu tepat pukul 7 pagi aku mulai bergegas berangkat kesekolah. Walaupun sebenarnya aku tahu jam masuk sekolah pukul 7.45, masih lama dan bukan karena aku takut telat toh jarak rumahku kesekolah hanya menempuh perjalanan sekitar 5 menit dengan by foot.  Kata teman-teman sih kalau rumahnya deket malah malas kesekolah, tapi berantonim pada sikap dalam diriku. Aku lebih semangat berangkat pagi kesekolah karena ada wajah seseorang yang kurindukan disana. Malaikat penyemangat hariku, Penghias kegiatan sekolahku walaupun abstrak. Ya, abstrak disini dimaksudkan bahwa aku semangat karena ada dia tetapi dia tidak pernah tahu bahwa dialah yang selalu membuat hariku lebih bersemangat. Cieeee kepo ya siapa diaa ? Mau tahu ? etttss nanti dulu ya. Berikut kisahnya.

            Akupun sudah sampai didepan sekolah, sedikit lagi setelah aku menyebrangi jalan raya yang cukup ramai ini. Yess aku berhasil menyebrang. Keluarlah sang komandan sekolahku dari posnya, Babeh. Aku menyalami tangannya yang sudah keriput itu, dia mengomel. Sampai dia lupa tak menjawab salamku.

 “Neng, kalo mau nyebrang panggil Babeh dong. Kan bahaya nyebrang sendirian.” Beliau menggerutu.

 Sudut bibir ku tarik sedikit tersenyum seraya berkata “Hehehe iya Beh, lagian juga tadi kan Babeh ada didalam pos. Jadi ngga keliatan dari luar. Masa iya aku mau teriak teriak di pinggir jalan.” Aku melepaskan genggaman salam itu.

 Beliau masih bicara namun mataku sudah menuju pada kelas itu. Kelas ke-3 dari arah kantin. Suara babeh terdengar samar aku sudah tidak memperhatikannya lagi. Sebentar lagi aku akan melewati kelas itu. Kelas dimana ada orang yang kuanggap penyemangat. Pelan-pelan aku melewati kelas itu. Ada seseorang yang menarik perhatianku, ia sedang serius belajar. Alis matanya mengerut mengisyaratkan sebuah keseriusan. Pandangan mata yang tajam menatap lembaran buku yang bertuliskan materi pelajaran hari ini.

Oh Tuhan, jantung ini terasa berdegup lebih kencang dari biasanya. Padahal aku hanya melihatnya dari luar terbatasi oleh kaca kelas itu, Tuhan, aku hanya sering mencuri pandangan padanya. Apa itu salah ? Apakah itu yang membuat rasa aneh ini muncul seketika tentang hal apapun yang berkaitan tentang dia ?

Saat hatiku berbisik “Disini  aja dulu Vi, liat deh kalau dia lagi serius belajar wajahnya lucu ya. Namun tetap berwibawa.”

Aku melawan bisikan itu dengan terus melangkahkan kaki menuju arah kelasku. Aku melewatinya dengan raut wajahnya yang masih membayangi pikiranku. Walaupun aku tahu. Ini hanya sebuah hayalanku semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar