Selasa, 09 Juni 2015

Monumen Pancasila Sakti



                “Hah ? Monumen Pancasila ? Mau ngapain Vi, Cuma gitu-gitu doang. Baunya amis lagi.” Begitulah respons Dwi saat aku mengajaknya untuk berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti yang berada di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Kata gitu-gitu aja & bau amis membuatku semakin ingin tahu tentang tempat sejarah ini. Aku terus mendesaknya agar ia mau menemaniku pergi kesana. Dwipun menyerah, ia akhirnya mau menemaniku untuk kesana disertai dengan Ela yang mendengar perbincangan kamipun akhirnya ikut merespon recana kecil ini.
                Mengapa disebut rencana kecil ? Karena ini museum sejarah paling dekat dengan tempat tinggalku yang sekarang. Namun, aku belum pernah sekalipun mengunjunginya. Untuk mengunjungi wisata museum sangat susah bagiku, bukan susah untuk mengunjunginya, tetapi susah untuk mengajak orang menemani.
                Minggu pagi 7 Juni 2015, tepat pukul 7 pagi aku sudah tiba di jalan Lubang Buaya. Aku menunggu Dwi dipinggir jalan itu. Pertama kami akan menghadiri kegiatan olahraga di lapangan 81, tidak terlalu jauh dari tempat aku menunggu Dwi. Teman-teman datang dengan menggunakan pakaian selayaknya untuk olah raga. Tapi aku, Dwi & Ela dengan rapinya menggunakan baju pergi. Kami diwajibkan berlari keliling lapangan sebanyak 2 putaran sebelum akhirnya kami pergi ketempat tujuan selanjutnya. Mounumen Pancasila Sakti.
                Kami melanjutkan niat utama kami dengan masuk ke dalam Monumen. Biaya umum yang dikenakan sebagai biaya masuk sebesar Rp 5.000,00. Tetapi kami masuk lewat pintu rahasia, jadinya gratis, hanya dikenakan Rp 1.000,00.

Sejarah Dibangunnya Monumen Pancasila Sakti
            Monumen ini di bangun pada lahan seluas 9 Hektar atas prakarsa Presiden Soeharto. Tujuan dibangunnya monumen ini untuk mengingat para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi Negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman komunis.
                Monumen ini terletak di kelurahan Lubang Buaya, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Sebelum menjadi sebuah museum, tempat ini merupakan tanah kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan para korban Gerakan 30 September 1965(G30S). Dikawasan ini terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12m yang digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S yang berdiameter 75cm.
                Ada beberapa tempat bersejarah yaitu Museum Pengkhianatan PKI, Sumur Maut, Rumah Penyiksaan, Pos Komando, Mobil peninggalan Pahlawan Revolusi & Museum Paseban.

Museum Pengkhianatan PKI (Komunis)
                Museum ini menceritakan sejarah pemberontakan PKI yang bertujuan mengganti Pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada pemberontakan kedua yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September (G30S/PKI). Diawal pintu masuk kami disambut dengan banyak koleksi foto Pemberontakan PKI yang menceritakan tentang Pemberontakan PKI di berbagai Daerah Indonesia.

 Ini foto aku & Dwi saat di Museum Pengkhianatan PKI(Aku yang kerudung orange)
Kami(Dwi, Vivi, Ela).


Sumur Maut
                Sumur tua ini adalah tempat membuang 7 Pahlawan Revolusi : Jend. Anumerta  Ahmad Yani, Meyjen. Anumerta Donald Isaaccus Panjaitan, Letjen. Anumerta M.T. Haryono, Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean, Letjen. Anumerta Siswandono Parman, Letjen. Anumerta Suprapto, Mayjen. Anumerta Sutoyo Siswomiharjo.




Rumah Penyiksaan
            Rumah ini adalah tempat Pahlawan Revolusi di siksa untuk menandatangani surat pernyataan mendukung komunisme di Indonesia, mereka di siksa sebelum akhirnya di bunuh, ditempat ini ditampilkan diorama penyiksaan 7 Pahlawan Revolusi beserta kisah Pemberontakan PKI. Kami mendengarkan penjelasan tentang peristiwa ini melalui suara rekaman yang berada disudut rumah ini. Dahulu tempat ini merupakan sebuah sekolah rakyat & dialih fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan yang kejam.



Pos Komando
                Tempat ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Tempat ini dipakai oleh pimpinan G30S/PKI(Letkol. Untung) merencanakan penculikan 7 Pahlawan Revolusi, didalamnya masih ada barang-barang yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI seperti mesin jahit, lemari kaca, ranjang tidur , meja & kursi.

Dapur Umum
Tempat ini sebenarnya rumah, namun dialih fungsikan oleh PKI menjadi dapur umum. Rumah milik Ibu Amroh ini digunakan sebagai tempat sarana konsumsi anggota PKI. Ibu Amroh di suruh pergi meninggalkan rumah ini oleh PKI. Sehingga ia harus berjualan keliling. Namun saat pulang kerumahnya, rumah ini sudah dalam keadaan berantakan & banyak benda-benda yang hilang.

Museum Paseban
                Museum ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober 1981. Dalam ruangan ini terdapat beberapa diorama sebagai berikut :
1.       Rapat-rapat Persiapan Pemberontakan (September 1965)
2.       Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September 1965)
3.       Penculikan Letnan Jendral TNI Ahmad Yani (1 Oktober 1965)
4.       Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
5.       Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
6.       Pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi
7.       Proses lahirnya supersemar (11 Maret 1965)
8.       Pelantikan Jendral Soeharto sebagai Presiden (12 Maret 1967)
9.       Tindak lanjut pelarangan PKI (26 Juni 1982)

Ruang Relik
            Ruang ini adalah tempat dipamerkannya barang-barang terutama pakaian yang dikenakan saat Pahlawan Revolusi di culik, di siksa, sampai akhirnya di  bunuh. Ada bekas darah, baju yang tertembus peluru, serpihan peluru & foto-foto jenazah Pahlawan Revolusi saat diangkat dari sumur maut juga disertakan dengan hasil visum dokter.

Ruang Teater
                Ruang teater ini memutar rekaman bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan lain-lain, masa pemutaran kurang lebih sekitar 30 menit. Namnu saat kami berkunjung, ruang teater ini sedang tidak beroperasi.

                Tergores pisau saja aku sampai menangis merasakan perihnya, apa lagi beliau para Pahlawan Revolusi yang disiksa secara kejam oleh PKI untuk mempertahankan Pancasila dari ancaman komunis. Aku merasa malu pada diriku sendiri, aku belum mampu apapun berkorban untuk mempertahankan Kemerdekaan Negeri tercintaku ini.

Ini foto kami saat berada di icon Monumen Pancasila Sakti
 
                Perjalanan kami berkililing berujung pada sebuah tempat yang banyak pohon rindang, disana kami duduk & mengobrol membicarakan tentang apa yang baru saja kami pelajari dari tempat bersejarah ini. Sampai aku merasakan perutku lapar & kami menuju keluar kawasan ini mencari penjual makanan. Setelah makan, kami memutuskan untuk pulang & beristirahat di rumah masing-masing.

           


               Ya Allah, berilah tempat terindah untuk beliau-beliau yang telah berjuang demi Bangsa ini. Mereka yang rela mengorbankan hidupnya demi kejayaan Negeri ini. Satu tetes darah mereka yang jatuh kemuka bumi ini adalah sejuta kesempatan Indonesia untuk tetap hidup bebas bersama ideologinya.
                Thanks to Allah swt, para Pahlawan Revolusi, Monumen Pancasila Sakti, Dwi & Ela yang membuat wisata ilmu kali ini menjadi wisata yang sangat berguna untuk membuatku semakin tahu tentang sejatrah Negeri ini & membangkitkan semangat untuk membela Bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar