“Hah ?
Monumen Pancasila ? Mau ngapain Vi, Cuma gitu-gitu doang. Baunya amis lagi.”
Begitulah respons Dwi saat aku mengajaknya untuk berkunjung ke Monumen
Pancasila Sakti yang berada di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Kata gitu-gitu aja
& bau amis membuatku semakin ingin tahu tentang tempat sejarah ini. Aku terus
mendesaknya agar ia mau menemaniku pergi kesana. Dwipun menyerah, ia akhirnya
mau menemaniku untuk kesana disertai dengan Ela yang mendengar perbincangan
kamipun akhirnya ikut merespon recana kecil ini.
Mengapa
disebut rencana kecil ? Karena ini museum sejarah paling dekat dengan tempat
tinggalku yang sekarang. Namun, aku belum pernah sekalipun mengunjunginya.
Untuk mengunjungi wisata museum sangat susah bagiku, bukan susah untuk
mengunjunginya, tetapi susah untuk mengajak orang menemani.
Minggu
pagi 7 Juni 2015, tepat pukul 7 pagi aku sudah tiba di jalan Lubang Buaya. Aku
menunggu Dwi dipinggir jalan itu. Pertama kami akan menghadiri kegiatan
olahraga di lapangan 81, tidak terlalu jauh dari tempat aku menunggu Dwi.
Teman-teman datang dengan menggunakan pakaian selayaknya untuk olah raga. Tapi
aku, Dwi & Ela dengan rapinya menggunakan baju pergi. Kami diwajibkan
berlari keliling lapangan sebanyak 2 putaran sebelum akhirnya kami pergi
ketempat tujuan selanjutnya. Mounumen Pancasila Sakti.
Kami
melanjutkan niat utama kami dengan masuk ke dalam Monumen. Biaya umum yang
dikenakan sebagai biaya masuk sebesar Rp 5.000,00. Tetapi kami masuk lewat
pintu rahasia, jadinya gratis, hanya dikenakan Rp 1.000,00.
Sejarah Dibangunnya Monumen Pancasila
Sakti
Monumen
ini di bangun pada lahan seluas 9 Hektar atas prakarsa Presiden Soeharto.
Tujuan dibangunnya monumen ini untuk mengingat para Pahlawan Revolusi yang
berjuang mempertahankan ideologi Negara Republik Indonesia, Pancasila dari
ancaman komunis.
Monumen
ini terletak di kelurahan Lubang Buaya, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Sebelum menjadi sebuah museum, tempat ini merupakan tanah kosong yang dijadikan
sebagai tempat pembuangan para korban Gerakan 30 September 1965(G30S).
Dikawasan ini terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12m yang digunakan untuk
membuang jenazah para korban G30S yang berdiameter 75cm.
Ada
beberapa tempat bersejarah yaitu Museum Pengkhianatan PKI, Sumur Maut, Rumah
Penyiksaan, Pos Komando, Mobil peninggalan Pahlawan Revolusi & Museum
Paseban.
Museum Pengkhianatan PKI (Komunis)
Museum
ini menceritakan sejarah pemberontakan PKI yang bertujuan mengganti Pancasila
dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada pemberontakan kedua
yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September (G30S/PKI). Diawal pintu
masuk kami disambut dengan banyak koleksi foto Pemberontakan PKI yang
menceritakan tentang Pemberontakan PKI di berbagai Daerah Indonesia.
Ini foto aku & Dwi saat di Museum Pengkhianatan PKI(Aku yang kerudung orange)
Kami(Dwi, Vivi, Ela).
Sumur Maut
Sumur tua ini adalah tempat
membuang 7 Pahlawan Revolusi : Jend. Anumerta
Ahmad Yani, Meyjen. Anumerta Donald Isaaccus Panjaitan, Letjen. Anumerta
M.T. Haryono, Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean, Letjen. Anumerta
Siswandono Parman, Letjen. Anumerta Suprapto, Mayjen. Anumerta Sutoyo
Siswomiharjo.
Rumah Penyiksaan
Rumah ini adalah tempat Pahlawan
Revolusi di siksa untuk menandatangani surat pernyataan mendukung komunisme di
Indonesia, mereka di siksa sebelum akhirnya di bunuh, ditempat ini ditampilkan
diorama penyiksaan 7 Pahlawan Revolusi beserta kisah Pemberontakan PKI. Kami
mendengarkan penjelasan tentang peristiwa ini melalui suara rekaman yang berada
disudut rumah ini. Dahulu tempat ini merupakan sebuah sekolah rakyat &
dialih fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan yang kejam.
Pos Komando
Tempat
ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Tempat
ini dipakai oleh pimpinan G30S/PKI(Letkol. Untung) merencanakan penculikan 7
Pahlawan Revolusi, didalamnya masih ada barang-barang yang menjadi saksi bisu
kekejaman PKI seperti mesin jahit, lemari kaca, ranjang tidur , meja &
kursi.
Dapur Umum
Tempat ini sebenarnya rumah, namun
dialih fungsikan oleh PKI menjadi dapur umum. Rumah milik Ibu Amroh ini
digunakan sebagai tempat sarana konsumsi anggota PKI. Ibu Amroh di suruh pergi
meninggalkan rumah ini oleh PKI. Sehingga ia harus berjualan keliling. Namun
saat pulang kerumahnya, rumah ini sudah dalam keadaan berantakan & banyak
benda-benda yang hilang.
Museum Paseban
Museum
ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober 1981. Dalam ruangan ini
terdapat beberapa diorama sebagai berikut :
1.
Rapat-rapat Persiapan Pemberontakan (September
1965)
2.
Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30
September 1965)
3.
Penculikan Letnan Jendral TNI Ahmad Yani (1
Oktober 1965)
4.
Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
5.
Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober
1965)
6.
Pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi
7.
Proses lahirnya supersemar (11 Maret 1965)
8.
Pelantikan Jendral Soeharto sebagai Presiden (12
Maret 1967)
9.
Tindak lanjut pelarangan PKI (26 Juni 1982)
Ruang Relik
Ruang
ini adalah tempat dipamerkannya barang-barang terutama pakaian yang dikenakan
saat Pahlawan Revolusi di culik, di siksa, sampai akhirnya di bunuh. Ada bekas darah, baju yang tertembus
peluru, serpihan peluru & foto-foto jenazah Pahlawan Revolusi saat diangkat
dari sumur maut juga disertakan dengan hasil visum dokter.
Ruang Teater
Ruang
teater ini memutar rekaman bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi,
pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan lain-lain, masa pemutaran
kurang lebih sekitar 30 menit. Namnu saat kami berkunjung, ruang teater ini
sedang tidak beroperasi.
Tergores
pisau saja aku sampai menangis merasakan perihnya, apa lagi beliau para
Pahlawan Revolusi yang disiksa secara kejam oleh PKI untuk mempertahankan
Pancasila dari ancaman komunis. Aku merasa malu pada diriku sendiri, aku belum
mampu apapun berkorban untuk mempertahankan Kemerdekaan Negeri tercintaku ini.
Ini foto kami saat berada di icon Monumen Pancasila Sakti
Perjalanan
kami berkililing berujung pada sebuah tempat yang banyak pohon rindang, disana
kami duduk & mengobrol membicarakan tentang apa yang baru saja kami
pelajari dari tempat bersejarah ini. Sampai aku merasakan perutku lapar &
kami menuju keluar kawasan ini mencari penjual makanan. Setelah makan, kami
memutuskan untuk pulang & beristirahat di rumah masing-masing.
Ya
Allah, berilah tempat terindah untuk beliau-beliau yang telah berjuang demi
Bangsa ini. Mereka yang rela mengorbankan hidupnya demi kejayaan Negeri ini. Satu
tetes darah mereka yang jatuh kemuka bumi ini adalah sejuta kesempatan
Indonesia untuk tetap hidup bebas bersama ideologinya.
Thanks
to Allah swt, para Pahlawan Revolusi, Monumen Pancasila Sakti, Dwi & Ela
yang membuat wisata ilmu kali ini menjadi wisata yang sangat berguna untuk
membuatku semakin tahu tentang sejatrah Negeri ini & membangkitkan semangat
untuk membela Bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar